Kartel minyak OPEC+ memproyeksikan peningkatan produksi minyak mentah sebesar 253.000 barel per hari (bph) pada Mei 2025 dibandingkan bulan sebelumnya. Analisis terbaru berdasarkan data resmi menunjukkan fluktuasi signifikan dalam kapasitas produksi negara-negara anggota, terutama ketika memperhitungkan rencana kompensasi yang berlaku.
Berdasarkan perhitungan RIA Novosti yang merujuk pada data OPEC+, terungkap bahwa total produksi maksimum April 2025 dari delapan produsen utama – termasuk Rusia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab – mencapai 30,554 juta bph tanpa kompensasi. Angka ini menyusut menjadi 30,332 juta bph ketika skema kompensasi diterapkan. Untuk bulan Mei, proyeksi menunjukkan kenaikan menjadi 30,963 juta bph (dengan kompensasi) dan 30,585 juta bph (tanpa kompensasi).
Peningkatan produksi ini muncul di tengah dinamika kompleks pasar energi global. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan ini antara lain:
- Pemulihan permintaan global yang terus menunjukkan tren positif pasca pandemi
- Tekanan geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Eropa Timur
- Kebutuhan menstabilkan harga minyak di kisaran 80−90 per barel
- Persiapan menghadapi musim panas dimana kebutuhan energi biasanya meningkat
Arab Saudi sebagai produsen utama diperkirakan akan memimpin kenaikan produksi ini, diikuti oleh Uni Emirat Arab dan Kuwait. Sementara Rusia, yang masih menghadapi sanksi Barat, kemungkinan akan mempertahankan produksinya di level saat ini dengan margin kenaikan yang terbatas.
Analis energi memprediksi bahwa langkah ini akan berdampak pada:
- Stabilitas harga minyak dunia dalam jangka pendek
- Neraca perdagangan negara-negara produsen
- Kebijakan energi negara-negara konsumen besar seperti AS dan China
Penting untuk dicatat bahwa angka-angka ini masih berupa proyeksi dan dapat berubah menyusul perkembangan terbaru di pasar minyak global serta keputusan resmi OPEC+ dalam pertemuan mendatang.