Indonesian Business Council (IBC) menegaskan bahwa keputusan LG, perusahaan asal Korea Selatan, untuk membatalkan sebagian investasinya dalam proyek baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia bukan disebabkan oleh faktor domestik. Menurut IBC, dinamika pasar global, terutama dominasi produsen otomotif China, menjadi alasan utama langkah strategis LG ini.
Latar Belakang Pembatalan Investasi LG
Proyek Grand Package yang melibatkan konsorsium baterai kendaraan listrik sempat digadang-gadang sebagai salah satu investasi strategis di Indonesia. Namun, LG memutuskan untuk mengubah rencananya. Arsjad Rasjid, Ketua Dewan Pengawas IBC, menjelaskan bahwa pembatalan ini lebih dipengaruhi oleh persaingan global di industri EV, khususnya dengan menguatnya posisi BYD asal China.
“LG merupakan pemasok baterai utama untuk Hyundai, yang juga bersaing ketat dengan produsen China. Mereka harus menyesuaikan strategi bisnisnya di tingkat global,” jelas Arsjad. Dengan kata lain, keputusan LG lebih berkaitan dengan dinamika pasar internasional daripada kondisi investasi di Indonesia.
Dominasi China dalam Pasar Kendaraan Listrik
Saat ini, BYD dan beberapa produsen otomotif China telah menguasai pasar kendaraan listrik dunia. Mereka tidak hanya unggul dalam produksi massal dengan harga kompetitif, tetapi juga dalam penguasaan teknologi baterai. Hal ini membuat pemain seperti LG dan Hyundai harus beradaptasi agar tetap relevan.
Indonesia sendiri sebenarnya memiliki potensi besar dalam pengembangan industri baterai EV, mengingat kekayaan nikel sebagai bahan baku utamanya. Namun, persaingan global yang semakin ketat memaksa perusahaan multinasional seperti LG untuk memprioritaskan strategi yang paling menguntungkan secara bisnis.
BACA JUGA : Harga Bitcoin Terkini dan Prediksi Pergerakannya
Dampak terhadap Industri EV di Indonesia
Meskipun LG membatalkan sebagian investasinya, proyek baterai kendaraan listrik di Indonesia tetap berjalan dengan keterlibatan pihak lain. Pemerintah dan pelaku industri terus mendorong pengembangan ekosistem EV, termasuk melalui insentif dan kemudahan investasi.
IBC menekankan bahwa iklim investasi di Indonesia tetap kondusif, dan pembatalan sebagian proyek LG tidak mencerminkan masalah fundamental di dalam negeri. Justru, ini menjadi pengingat bahwa Indonesia harus terus meningkatkan daya saingnya di tengah persaingan global yang semakin sengit.
Keputusan LG untuk membatalkan sebagian investasinya di Indonesia lebih disebabkan oleh faktor eksternal, yakni persaingan ketat di pasar kendaraan listrik global. Dominasi produsen China seperti BYD telah mengubah peta persaingan, memaksa perusahaan seperti LG mengevaluasi strateginya.
Bagi Indonesia, ini adalah tantangan sekaligus peluang untuk memperkuat posisinya sebagai hub produksi baterai EV. Dengan kebijakan yang tepat dan kemitraan strategis, Indonesia masih bisa menarik lebih banyak investasi di sektor ini di masa depan.